Refleksi 40 tahun Ikatan Pustakawan Indonesia : Sejarah dan perkembangan (6 Juli 1973 – 6 Juli 2013)

Oleh:

Suharyanto

Pustakawan Madya

Pusat Pengembangan Koleksi dan Pengolahan Bahan Pustaka

Perpustakaan Nasional RI

 ABSTRAK

Empat puluh tahun IPI sebagai organisasi profesi berkiprah dalam pengembangan kepustakawanan di Indonesia (6 Juli 1973 – 6 Juli 2013). IPI dilahirkan merupakan peleburan dari organisasi pustakawan dan perpustakaan yang sudah ada sebelumnya seperti APADI dan HPCI. Sejak tahun 1973 IPI telah menyelenggarakan kongres IPI sebanyak duabelas kali. IPI dalam perkembangannya juga memberi ruang bagi organisasi profesi sejenis lainnya seperti (Forum Perpustakaan Perguruan Tunggi Indonesia dan Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia) untuk berkontribusi dalam pengembangan kepustakawanan di Indonesia. IPI juga bersinergi dengan PNRI dan lembaga profesi pustakawan lainnya dalam melakukan kegiatan-kegiatan pengembangan kepustakawanan baik tingkat nasional, regional dan internasional. Namun disisi lain hasil kerja nyata IPI belum tersosialisasi secara optimal dan keberadaan IPI belum terlalu dikenal oleh masyarakat serta kemandirian IPI sebagai organisasi profesi yang selama ini telah berjalan perlu ditingkatkan lagi. Artikel ini mengulas mengenai sejarah dan perkembangan organisasi profesi pustakawan dan perpustakaan, eksistensi dan kegiatan IPI, peran dan kiprah IPI.

Kata kunci : Perpustakaan, Profesi, Pustakawan, Ikatan Pustakawan Indonesia.

  

 1. PENDAHULUAN

Empat puluh tahun atau empat dekade sudah Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) berkiprah dalam dunia kepustakawan di Indonesia (6 Juli 1973 – 6 Juli 2013). Pengurus Pusat Ikatan Pustakawan Indonesia pada hari senin, 8 Juli 2013 menyelenggarakan peringatan hari ulang tahun IPI ke-40 yang diselenggarakan di Audotorium Perpustakaan Nasional RI, dengan tema “Menghargai pendahulu, Mempersiapkan generasi mendatang”. Pada pertemuan tersebut Ketua Umum PP-IPI  menyampaikan kiprah IPI sebagai organisasi profesi selama kurun waktu 40 tahun, apa yang sudah dicapai, kendala dan masalah serta apa yang akan dilakukan IPI ke depan.

IPI didirikan pada tanggal 6 Juli 1973 dalam Kongres Pustakawan se Indonesia yang diadakan di Ciawi, Bogor, 5-7 Juli 1973. Kongres tersebut telah berhasil menyatukan “Asosiasi Perpustakaan Arsip dan dokumentasi” (APADI)  dan “Himpunan Pustakawan Chusus Indonesia” (HPCI) dengan membentuk organisasi pustakawan yang baru, yang bernama Ikatan Pustakawan Indonesia  dengan singkatan IPI. Selanjutnya Perkumpulan Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta (PPDIY) juga turut melebur manjadi bagian IPI (lihat Rachman Hermawan, 2006).

Empat puluh tahun berkiprah IPI telah banyak berbuat untuk kemajuan anggota, pustakawan, perpustakaan dan kepustakawanan di Indonesia. IPI sebagai organisasi profesi keberadaannya telah mendapat pengakuan secara nasional, regional, dan internasional. Pemerintah juga sudah menetapkan pustakawan sebagai salah satu jabatan fungsional diantara 114 jabatan fungsional yang ada saat ini.

Dilain sisi eksistensi IPI pada saat ini keberadaannya dirasakan antara “ada dan tiada”. IPI ada ketika mengadakan kegiatan-kegiatan yang sifat rutinitas seperti, pemilihan dan pelantikan pengurus, kongres, seminar, dan pertemuan sejenisnya. Setelah itu IPI tidak terlihat lagi aktivitasnya secara nyata,  IPI belum dirasakan manfaat dan dampaknya secara langsung bagi peningkatan kompetensi pustakawan bahkan IPI masih belum banyak dikenal oleh masyarakat dan organisasi profesi lainnya.

Kiprah dan kontribusi IPI kedepan diharapkan dapat lebih berkembang, eksis sebagai organisasi profesi yang benar-benar profesional, mandiri, memajukan dan memberikan perlindungan profesi kepada pustakawan serta bersinergi dengan berbagai asosiasi/forum pustakawan dan perpustakaan yang ada pada saat ini. IPI juga diharapkan dapat terus meningkatkan kerjasamanya dengan Perpustakaan Nasional RI sebagai lembaga pembina organisasi profesi di Indonesia

2. Sejarah dan perkembangan organisasi pustakawan

 Sejarah dan perkembangan organisasi pustakawan dapat dibagi menjadi tiga periode, pertama periode sebelum IPI dibentuk dimana pada periode ini mulai dirintis organisasi pustakawan pada tahun 1912 dan pada tahun-tahun selanjutnya terbentuk berbagai asosiasi pustakawan dan perpustakaan, kedua periode IPI dibentuk dan perjalanannya selama kurun waktu 40 tahun, ketiga periode perkembangan asosiasi/forum pustakawan dan perpustakaan selain IPI.

 2.1.  Periode sebelum IPI

Organisasi pustakawan mulai dirintis pada tahun 1912 melalui diskusi pustakawan di Batavia. Selanjutnya pada tahun 1916 dibentuklah organisasi pustakawan yang dikenal dengan “Vereeniging tot Bevordering van het Bibliotheewezen” di Batavia (Sulistyo-Basuki : 1991). Terpilih sebagai presiden organisasi tersebut adalah E.A. Zelinga Az dan H.J. Van Lummel sebagai sekretaris. Berikutnya pada tahun 1949 di jakarta berdiri “Vereenniging van Bibliothecarisen van Indonesie.” Pada masa rintisan ini organisasi pustakawan tidak banyak melakukan kegiatan bahkan keberadaanya organisasi pustakawan tidak diketahui lagi.

Gagasan pembentukan pustakawan dimulai lagi pada tahun  1950-an adalah A.G.W. Dunningham dan A. Patah memberikan gagasan pembentukan persatuan ahli perpustakaan di Indonesia ditindaklanjuti dengan pertemuan pegawai-pegawai perpustakaan di Jakarta pada bulan Mei 1953, setahun kemudian tepatnya pada tanggal 4 Juli 1953 berdirilah Asosiasi Perpustakaan Indonesia (API). API merupakan cikal bakal organisasi pustakawan di Indonesia.

Pada tahun 1954 berdiri Perkumpulan Ahli Perpustakaan Seluruh Indonesia disingkat PAPSI, nama PAPSI pada tahun 1956 diubah menjadi Perhimpunan Ahli Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi disingkat PAPADI, tahun 1962 nama organisasi PAPADI diubah menjadi Asosiasi Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi disingkat APADI.

Perkembangan selanjutnya pada tanggal 5 Desember 1969 berdirilah Himpunan Pustakawam Chusus Indonesia disingkat HPCI. Organisasi HPCI merupakan kumpulan para pengelola perpustakaan khusus dengan tujuan membina perkembangan perpustakaan khusus di Indonesia dan memupuk hubungan antara anggota.

Pembentukan HPCI ini menambah dinamika keberadaan organisasi pustakawan di Indonesia sehingga di era 1970-an ini terdapat dua organisasi pustakawanan, yaitu APADI dan HPCI.

2.2.  Periode IPI

Perkembangan organisasi pustakawan memulai babak baru pada tahun 1973 dengan mengadakan Kongres Pustakawan se Indonesia yang diadakan di Ciawi, Bogor, 5-7 Juli 1973. Kongres tersebut telah berhasil menyatukan “Asosiasi Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi” (APADI)  dan “Himpunan Pustakawan Chusus Indonesia” (HPCI) dengan membentuk organisasi pustakawan Indonesia bernama Ikatan Pustakawan Indonesia  dengan singkatan IPI. Sebagai hasil kongres, terpilih ketua dan sekretaris pertama Soekarman K dan J.P Rompas

Pada kongres tersebut juga disepakati bahwa kelahiran IPI ditetapkan pada tanggal 6 Juli 1973 dan menetapkan AD/ART IPI. Berdasarkan pasal 5 Anggaran Dasarnya, IPI bertujuan:

(a)    Menghimpun, menampung dan menyalurkan aspirasi dan kreasi dari  mereka yang berprofesi dalam ilmu perpustakaan dan ilmu pengetahuan lain yang berkaitan dan atau bekerja dalam bermacam-macam jenis perpustakaan atau badan-badan lainnya yang ruang lingkupnya berkaitan dengan kepustakawanan;

(b)   Mengusahakan mereka yang termasuk di atas pada tempat yang semestinya di dalam masyarakat;

(c)    Meningkatkan, mengembangkan, dan mengamalkan ilmu perpustakaan, demi kemajuan pendidikan, ilmu pengetahuan, serta kesejahteraan masyarakat;

(d)   Menempatkan ilmu perpustakaan dan ilmu pengetahuan lainnya yang berkaitan, pada taraf yang semestinya, di antara ilmu-ilmu pengetahuan

Kongres tersebut belum menyepakati untuk membuat kode etik pustakawan, perkembangan selanjutnya setelah dua puluh tahun berdiri yaitu pada tahun 1993 IPI baru menetapkan kode etik pustakawan. Kemudian diperbaharui pada tahun 1997 dan disempurnakan kembali 19 September 2002 pada Kongres IPI yang ke IX di Batu, Malang, Jawa Timur.

2.3.  Periode perkembangan asosiasi/forum pustakawan dan perpustakaan selain IPI

Perkembangan selanjutnya IPI bukanlah merupakan satu-satunya organisasi pustakawan di Indonesia. Pada tanggal 20 Oktober 1981 dibentuk Klub Perpustakaan Indonesia disingkat KPI yang diprakarsai oleh Balai Pustaka, diresmikan pada 4 Januari 1982 dan berubah menjadi organisasi yang bersifat mandiri pada tanggal 1 Oktober 1994.

Di Era reformasi yaitu era tahun 2000an bermunculan berbagai forum dan asosiasi pustakawan, yaitu: (1) Pada tanggal 12 Oktober 2000 melalui Musyawarah Nasional (Munas)  I  di Ciawi Bogor lahir Forum Perpustakaan Perguruan Tunggi Indonesia disingkat FPPTI; (2) Pada tanggal 18 November 2000 dibentuk pula Forum Perpustakaan Khusus disingkat FPK; (3) Pada tanggal     4 Juni  2002 di Cipayung Bogor dibentuk Forum Perpustakaan Umum Indonesia disingkat FPUI; (4) Pada tanggal 8 Agustus 2002 di Cisarua Bogor dibentuk  Forum Perpustakaan Sekolah Indonesia disingkat FPSI; (5) Pada tanggal 23 Maret 2006  bertempat di Jakarta disepakati untuk membentuk Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia disingkat ISIPII oleh beberapa pustakawan yang sebagian besar adalah pengelola lembaga pendidikan perpustakaan di Indonesia. Pada tanggal 13 November 2006 di Bali diadakan Munas I ISIPII dan mendeklerasikan berdirinya secara resmi organisasi ISIPII; (6) Pada tanggal 26 Agutus dibentuk Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI); (7) Pada tanggal 28 Mei 2009 dibentuk Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia.

Berikut perkembangan organisasi pustakawan dan perpustakaan di Indonesia yang disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 1.

Perkembangan Organisasi Pustakawan dan Perpustakaan di Indonesia

No.

Nama organisasi

Tahun berdiri

Catatan

1. Vereeniging tot Bevordering van het Bibliotheewezen 1916 Berdiri di Batavia
2. Vereenniging van Bibliothecarisen van Indonesie 1949 Berdiri di Jakarta
3. Asosiasi Perpustakaan Indonesia (API) 4 Juli 1953 Cikal bakal organisasi pustakawan di Indonesia
4. Perkumpulan Ahli Perpustakaan Seluruh Indonesia (PAPSI) 27 Maret 1954 Terpilihs sebagai Ketua: Rustam Sutan Palindih. Sekretaris : O.D.P. Sihombing
Perhimpunan Ahli Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi (PAPADI) 6 April 1956 Perubahan nama dari PAPSI menjadi PAPADI
5. Asosiasi Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi disingkat APADI 15 Juli 1962 Perubahan nama dari PAPADI menjadi APADI
6. Himpunan Pustakawam Chusus Indonesia (HPCI) 5 Desember 1969 Terpilis sebagai Ketua, Ipon S. Purawijaya
7. Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) 6 Juli 1973 APADI dan HPCI  melebur menjadi bagian IPI
8. Klub Perpustakaan Indonesia (KPI) 20 Oktober 1981, diresmikan

4 Januari 1982

Diprakasai oleh Balai Pustaka, berubah status pada tanggal 1 Oktober 1994
9. Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) 12 Oktober 2000 Diprakasai oleh Perpustakaan Nasional RI
10. Forum Perpustakaan Khusus (FPK) 18 November 2000 Diprakasai oleh Perpustakaan Nasional RI
11. Forum Perpustakaan Umum Indonesia (FPUI) 4 Juni  2002 Diprakasai oleh Perpustakaan Nasional RI
12.  Forum Perpustakaan Sekolah Indonesia (FPSI) 8 Agustus 2002 Diprakasai oleh Perpustakaan Nasional RI
13. Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) 13 Nopember 2006 Keanggotaan terbatas untuk sarjana ilmu perpustakaan dan informasi
14. Asosiasi Pekerja Informasi Sekolah Indonesia (APISI) 26 Agustus 2006 Sebuah wadah yang dapat menampung aspirasi para pekerja informasi sekolah
15. Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia (ATPUSI) 28 Mei 2009 Organisasi profesi tenaga perpustakaan sekolah berkedudukan didirikan di Jakarta

Sumber : Data olahan oleh Suharyanto. Juli 2013

III. Kongres dan Seminar Ilmiah Nasional

Selama empat dekade berjalan (1973-2013) IPI telah melaksanakan dua belas kali kongres. Dalam kongres agenda yang dibahas adalah pertanggung jawaban pengurus, pemilihan ketua umum, membahas perubahan AD/ART IPI, menentukan program kerja. Kongres juga diikuti dengan kegiatan Seminar Ilmiah Nasional yang membahas isu-isu strategis kepustakawanan di Indonesia.

Berikut perkembangan kongres yang telah dilaksanakan oleh IPI dalam kurun waktu 40 tahun :

Kongres I 1977

Kongres IPI pertama dilaksanakan di Jakarta,18-20 Januari 1977 dengan tema “Peningkatan Peran IPI dalam Mencerdaskan dan Mensukseskan Pembangunan Indonesia”. Kongres ini dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof, Dr.Syarif Thayeb. Kongres IPI pertama ini berhasil memilih Pengurus Pusat IPI untuk periode 1977-1980 yaitu ketua umum Drs. Soekarman-Kartosedono dan sekretaris umum Drs. J.P. Rompas.

Kongres II

Kongres IPI kedua dilaksanakan di Bali, 21-24 Juni 1980 dengan tema “Memasyarakatkan Jasa Perpustakaan dan Meningkatkan Partisipasi Pustakawan dalam Pembangunan”. Kongres ini dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Daud Joesoef.  Kongres IPI kedua ini berhasil memilih Pengurus Besar IPI periode 1980-1983 yaitu ketua umum Mastini Hardjoprakoso dan sekretaris umum Soemarno Hadisewoyo.

Kongres III

Kongres IPI ketiga dilaksanakan di Yogyakarta, 22-24 September 1983 dengan tema ”Dengan Perpustakaan Kita Tingkatkan Kecerdasan Bangsa dan Pembangunan”. Kongres ini dibuka oleh Dirjen Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio. Kongres IPI ketiga ini berhasil memilih Pengurus Besar IPI periode 1983-1986 yaitu Ketua Umum, Mastini Hardjoprakoso dan sekretaris umum,  Soemarno Hadisewoyo.

Kongres IV

Kongres IPI keempat dilaksanakan di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan, 22-24 September 1986 dengan tema ” Kita Tingkatkan Peran Pustakawan Dalam Menunjang Pembangunan Masyarakat Desa”. Kongres ini dibuka oleh Sekretaris Menko Kesra Satibi Darwis. Kongres IPI keempat ini berhasil memilih Pengurus Besar IPI periode 1986-1989 yaitu ketua umum Dr. Prabowo Tjitropranoto dan sekretaris umum Wirawan.

Kongres V

Kongres IPI kelima dilaksanakan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 26-29 September 1989 dengan tema ”Meningkatkan Peran Perpustakaan Dalam Menyongsong Era Tinggal Landasan Pembangunan”. Kongres ini dibuka oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar. Kongres IPI kelima ini berhasil memilih Pengurus Besar IPI periode 1989-1992 yaitu ketua umum Drs.Soekarman-Kartosedono, MLS dan sekretaris jenderal  Hernandono, MLS, MA.

Kongres VI

Kongres IPI keenam dilaksanakan di Padang, Sumatera Barat, 18-21 November 1992 dengan tema ”Peranan Perpustakaan Dalam Era Globalisasi Informasi”. Kongres ini dibuka oleh Menteri Sekretaris Negara Moerdiono. Kongres IPI keenam ini berhasil memilih Pengurus Besar IPI periode 1992-1995 yaitu ketua umum Drs.Soekarman-Kartosedono, MLS dan sekretaris jenderal Dra. Ipon Sukarsih Purawijaya.

Kongres VII

Kongres IPI ketujuh dilaksanakan di Jakarta, 20-23 November 1995 dengan tema ”Peran Strategis Pustakawan Dalam Pembangunan Nasional dengan subtema Peningkatan Kualitas Pustakawan Dalam PJPT II”. Kongres ini dibuka oleh Wakil Presiden Tri Sutrisna. Kongres IPI ketujuh ini berhasil memilih Pengurus Besar IPI periode 1995-1998 yaitu ketua umum ketua umum Hernandono, MLS, MA. dan sekretaris jenderal  Drs. Paul Permadi.

Kongres VIII

Kongres IPI kedelapan dilaksanakan di Lembang, Jawa Barat, 11-14 November 1998 dengan tema ”Memantapkan Profesionalisme guna Menyongsong, dan Menyukseskan Repelita VII yang akan datang”. Kongres IPI kedelapan ini berhasil memilih Pengurus Besar IPI periode 1998-2002 yaitu ketua umum Ediyami Bondan dan Sekretaris jenderal  Zulfikar Zen.

Kongres IX

Kongres IPI kesembilan dilaksanakan di Batu, Malang, Jawa Timur, 17-19 September 2002 dengan tema ”Perpustakaan untuk Masyarakat”. Kongres IPI kesembilan ini berhasil memilih Pengurus Besar IPI periode 2002-2006 yaitu ketua umum Dady P. Racmananta dan Sekretaris jenderal  Zurniaty Nasrul.

Kongres X

Kongres IPI kesepuluh dilaksanakan di Denpasar, Bali, 14-16 November 2006 dengan tema ” Meningkatkan Kreatifitas Pustakawan Untuk Mewujudkan Masyarakat Memiliki literasi informasi”. Kongres IPI kesepuluh ini berhasil memilih Pengurus Besar IPI periode 2006-2009 yaitu ketua umum Dady P. Racmananta dan Sekretaris jenderal Zulfikar Zen.

Kongres XI

Kongres IPI kesebelas dilaksanakan di Batam, Kepulauan Riau 19-22 Oktober 2009 dengan tema ”Pelestarian Warisan Budaya Bangsa”.  Kongres ini dibuka oleh Asisten tiga pemerintah Provinsi Kepulauan Riau mewakili Gubernur Kepri H. Arifin MM. Kongres IPI kesebelas ini berhasil memilih Pengurus Pusat IPI periode 2009-2012 yaitu ketua umum Drs. Supriyanto, Msi. dan sekretaris umum Bambang Supriyo Utomo.

Kongres XII

Kongres IPI keduabelas dilaksanakan di Palembang, Sumatera Selatan  27-30 November 2012 dengan tema ”Membangun masyarakat pembelajaran sepanjang hayat melalui kolaborasi berbagai sumberdaya perpustakaan”. Kongres ini dibuka oleh Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin. Kongres IPI keduabelas ini berhasil memilih Pengurus Pusat IPI periode 2012-2015 yaitu ketua umum Drs. Dedy Junaedi dan sekretaris pertama Dr.  Zulfikar Zen

 

Tabel 2.

Periode Ketua Umum dan Sekjen

Ikatan Pustakawan Indonesia, 1973-2013

No.

Tahun periode

Ketua Umum

Sekjen / sekretaris umum/Sekretaris Pertama

1 1973 Soekarman K. J.P.Rompas
2 1977 Soekarman K. J.P.Rompas
3 1980 Mastini Hardjoprakoso Soemarno HS
4 1983 Mastini Hardjoprakoso Soemarno HS
5 1986 Prabowo Tjitropranoto Wirawan
6 1989 Soekarman K. Hernandono
7 1992 Soekarman K. Ipon Sukasih Purawijaya
8 1995 Hernandono Paul Permadi P.
9 1998 Ediyami Bondan Zulfikar Zen
10 2002 Dedy P. Rachmananta Zurniati Nasrul
11 2006 Dedy P. Rachmananta Zulfikar Zen
12 2009 Supriyanto Bambang Supriyo Utomo
13 2012-2015 Dedy Djunaedi Zulfikar Zen

 IV. Peran dan kiprah IPI

Empat puluh tahun berkiprah IPI telah melakukan berbagai usaha meningkatkan profesi pustakawan, meningkatkan kesadaran  pentingnya perpustakaan dikalangan masyarakat dan pemerintah, kerjasama dengan organisasi sejenis di kawasan Asia Tenggara dan lainnya. (Lihat Sulistyo-Basuki, 1991). IPI juga melakukan pengembangan ilmu perpustakaan melalui kegiatan seminar ilmiah nasional yang dilakukan setiap tahun, bimbingan teknik perpustakaan dan pelatihan-pelatihan perpustakaan.

IPI juga menjalin kerjasama dengan organisasi pustakawan dan perpustakaan baik tingkat regional Asia Tenggara maupun internasional. Kerjasama tingkat Asia Tenggara IPI bersama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) telah menyelenggarakan tiga kali Conference of South Asia Librarians (CONSAL), yaitu CONSAL III di Jakarta pada tanggal 1-5 desember 1975, CONSAL VIII di Jakarta pada tanggal 11-14 Juni 1990, dan CONSAL XV pada tanggal 28-31 Mei 2012 di Bali (Lihat CONSAL http://www.consal.org/)

Disisi lain setelah empat puluh tahun berkiprah, IPI pada saat ini masih dianggap belum maksimal dalam melakukan pengembangan kepustakawan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, IPI masih belum terlalu dikenal oleh masyarakat baik secara perorangan maupun oleh lembaga/instansi lain. Kedua, Kegiatan-kegiatan IPI yang nyata belum tersosialisasi dengan baik sehingga yang terlihat IPI hanya sekedar melakukan kegiatan yang sifatnya rutinitas saja seperti, kongres, seminar, pelantikan pengurus, dll. Ketiga, IPI masih dianggap sebagai organisasi profesi yang belum sepenuhnya mandiri.

Fungsi dan kewenangan IPI kedepan yang perlu menjadi prioritas kegiatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan adalah pertama, berfungsi untuk memajukan dan memberi pelindungan profesi  kepada pustakawan. Kedua mempunyai kewenangan untuk menetapkan dan melaksanakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga; menetapkan dan menegakkan kode etik pustakawan; memberi pelindungan hukum kepada pustakawan; dan menjalin kerja sama dengan asosiasi pustakawan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional.

Program kerja khusus IPI pada periode 2012-2015 adalah berperan aktif dalam penyusunan standar di bidang perpustakaan, pengembangan perpustakaan, peningkatan kompetensi dan sertifikasi pustakawan, serta turut menyukseskan perhelatan konferensi CONSAL XVI berikutnya di Thailand pada tahun 2015 mendatang.
Misi besar yang diemban PP-IPI saat ini adalah: mewujudkan konsolidasi dan kerjasama, meningkatkan kualitas sumber daya pustakawan, dan meningkatkan kesetaraan profesi pustakawan.

V. Penutup

Di dalam artikel ini penulis mengungkapkan kronologis empat puluh tahun kiprah IPI telah melalui proses yang cukup panjang dalam pengembangan kepustakawanan di Indonesia. Kelahiran IPI sebagai “wadah tunggal” organisasi profesi tidak terlepas dari kontribusi organisasi pustakawan dan perpustakaan  seperti APADI dam HCTI, serta para pustakawan yang ingin mendedikasikan dirinya untuk memajukan kepustakawanan di Indonesia.

Kiprah IPI dan PNRI selalu bersinergi dan saling mendukung dalam pengembangan perpustakaan dan peningkatan minat baca. Dengan demikian PNRI dan IPI menjadi dua institusi pusat yang saling membutuhkan dan tumbuh bersama-sama (Lihat Putu Laxman Pendit, 2012).

IPI sebagai organisasi profesi kedepan adalah berfungsi untuk memajukan dan memberi perlindungan profesi  kepada pustakawan  serta mepunyai kewenangan memberi pelindungan hukum kepada pustakawan dan menjalin kerja sama dengan asosiasi pustakawan pada tingkat daerah, nasional, dan internasional. IPI juga berperan untuk pengembangan perpustakaan, peningkatan kompetensi dan sertifikasi pustakawan.

DAFTAR PUSTAKA

 

Blasius Sudarsono (2006). Antologi kepustakawanan Indonesia. Jakarta : Sagung Seto,

Harahap, Basyral Hamidy dan J.N.B. Tairas (1998). Kiprah pustakawan : seperempat    abad Ikatan Pustakawan Indonesia 1973-1998.

Ikatan Pustakawan Indonesia (2011). Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga  serta kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia. Jakarta : Ikatan Pustakawan Indonesia.

Putu Laxman Pendit. Profesionalisme Pustakawan Pelat-Merah Analisa kritis      tentang hubungan antara Ikatan Pustakawan Indonesia danPerpustakaan Nasional  Republik Indonesia. http://www.scribd.com/doc/78824310/Profesionalisme-  Pustakawan-Pelat-Merah-         Analisa-Kritis-Hubungan-antara-IPI-dan-PNRI. Diunduh  pada tanggal 20 Jan. 2012.

Racman Hermawan dan Zulfikar Zen (2006). Etika kepustakawanan : suatu pendekatan terhadap kode etik pustakawan Indonesia. Jakarta : Sagung Seto.

Sulistyo-Basuki (1991). Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

______________. (2004). Pengantar dokumentasi. Bandung : Rekayasa Sains.

 Zulfikar Zen (2008). 35 tahun IPI : 1973-2008. Makalah pada Musyawarah Daerah (Musda) Pengurus Daerah Ikatan Pustakawan Indonesia Kalimantan Selatan. Banjarmasin, 9 Oktober 2008.

 Sumber web

http://www.erabarufm.com/2009/10/pembukaan-kongres-ke-xi-dan-seminar.html

http://www.consal.org/. Conference of South Asia Librarians.

http://www.pnri.go.id/

http://www.scribd.com/doc/78824310/Profesionalisme-Pustakawan-Pelat-Merah-Analisa- Kritis-Hubungan-antara-IPI-dan-PNRI.

 

Tinggalkan komentar